Gubernur Tinjau Bendungan Garapan Hanergy di Lijiang, China
BEIJING, MK – Selain mengikuti pertemuan bilateral antara Indonesia-China di Beijing, kedatangan Gubernur Kalimantan Utara (Kaltara) Dr H Irianto Lambrie sekaligus untuk melihat objek-objek penting di Negeri Tirai Bambu tersebut. Utamanya yang berkaitan dengan rencana pembangunan di Kaltara.
Salah satunya, Gubernur melihat langsung Bendungan Cin’an Xiuw atau Bendungan Jembatan Jing’an, yang berada di Sungai Cing Saha atau Pasir Emas di sebuah daerah-setara kabupaten, bernama Lijiang di Provinsi Yunan, China.
Bendungan ini dibangun oleh Hanergy Holding Group, sebuah perusahaan bonafit yang berencana membangun bendungan, sekaligus Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di Sungai Sembakung, Kabupaten Nunukan. “Kita ke sana (bendungan Cin’an Xiuw) difasilitasi oleh Hanergy. Karena bendungan itu mereka yang bangun. Saya diminta melihat langsung, sekaligus untuk meyakinkan, keseriusan perusahaan untuk membangun PLTA di Kaltara,” ungkap Irianto.
Di Bendungan Cin’an Xiuw, kata Gubernur, telah dibangun sebuah PLTA besar yang menghasilkan listrik 3.000 Megawatt (MW). Selain mengaliri kawasan industri dan kebutuhan rakyat di Provinsi Yunan, listrik dari yang dihasilkan oleh PLTA dari bendungan tersebut, juga dialirkan untuk mensuplai listrik ke beberapa provinsi di sekitarnya. Seperti Kunming dan Guangdong yang berjarak kurang lebih 1.600 kilometer. “Meski dengan kapasitas yang tidak sebesar itu (3.000 MW), nanti Hanergy akan membangun bendungan dan PLTA di Sembakung, Nunukan. Sekarang, sudah mulai dalam proses perizinan dan survei,” jelasnya.
Dari bendungan dan PLTA yang akan dibangun di Sembakung, dikatakan Irianto, untuk tahap awal diproyeksikan akan menghasilkan listrik 250 MW. Listrik ini akan bisa suplai energi ke Kabupaten Nunukan dan Malinau. Bahkan bisa ke Sebatik dan Sabah, Malaysia. “Dari listrik yang dihasilkan itu (dari PLTA Sembakung yang dibangun Hanergy), ke depan kita bisa juga mengembangkan kawasan industri baru kedepan,” jelas Irianto.
Sebelumnya, bersama gubernur dan perwakilan dari provinsi lain yang masuk dalam skema kerjasama Global Maritime Fulcru (GMF) dan Belt Road Initiative (BRI) Indonesia-China, Irianto turut hadir dalam pertemuan bilateral yang difasilitasi oleh China Development Bank (CDB) di Beijing, China pada 20 hingga 24 November 2017.
Pada pertemuan yang dirangkai dengan Seminar Pembiayaan Pembangunan atau seminar on Development Finance and China-Indonesia Cooperation ini, dihadiri oleh puluhan delegasi dari Indonesia yang dipimpin oleh Deputi Bidang Pembangunan Infrastruktur Ridwan Djamaluddin.
Irianto mengungkapkan, dari pertemuan tersebut, akan menghasilkan beberapa kesepakatan. Di antaranya mengenai proyek apa saja yang akan di-support pendanaan oleh CDB, sebagai investasi di Indonesa. Terutama ke daerah-daerah yang masuk dalam skema kerja sama GMF-BRI. Salah satunya, Kaltara.
Di samping membahas soal kerjasama di bidang investasi, dalam pertemuan kerjasama Indonesia-China di Beijing tersebut, juga dimanfaatkan Gubernur untuk sekaligus mempromosikan potensi pariwisata Kaltara.
Seperti diketahui, skema kerjasama GCF-BRI Indonesia-Tiongkok akan dilakukan di empat provinsi di Indonesia. Yaitu, Sumatera Utara (Sumut), Sulawesi Utara (Sulut), Kaltara dan terakhir masuk juga Bali.
Di Kaltara, melalui skema kerja sama ini difokuskan pada pengembangan investasi untuk pembangunan sektor perkebunan, hydro power, yaitu PLTA, serta pengembangan Kawasan Industri dan Pelabuhan Internasional (KIPI) Tanah Kuning-Mangkupadi. Termasuk rencana pembangunan kilang minyak.
Nilai investasi melalui skema kerja sama ini sangat besar. Dari sejumlah kegiatan yang akan dilakukan di Kaltara, perkiraan investasinya mencapai USD 45,98 miliar. Namun karena skala prioritas, dana investasi yang bakal diserap mencapai USD 26,5 miliar atau sekira Rp 355,1 triliun (nilai kurs Rp 13.000 per USD 1). Di mana, pendanaannya nanti, kemungkinan besar akan disupport oleh CDB.(humas)