TARAKAN, MK – Empat nelayan asal Pulau Sebatik, Kabupaten Nunukan mengapung dilaut selama sembilan hari sembilan malam. Peristiwa itu bermula saat Tamrin, Arrasyid, Irwan, dan Umar memasang pukat di luar Pulau Bunyu, tepatnya di arah tenggara Jumat (05/08) sekitar pukul 22.00 Wita.
“Pas habis memasang pukat, datang angin dan gelombang beserta hujan cukup kencang sehingga saya dan yang lain tak bisa terkontaminasi dengan keadaan karena cuaca saat itu kabur,” ujar Tamrin salah satu korban yang Metro Kaltara, Senin (15/08).
Ia menjelaskan saat bersamaan tiba-tiba datang Kapal Pelni Lambelu lalu menabrak perahu yang ditumpangi. Setelah ditabrak, kondisi kapal mengalami rusak parah sehingga saat mereka langsung mengikat perahunya supaya tidak berhambur. Kemudian sebuah tempat ikan juga ikut diikatnya sebagai tempat berteduh.
“Tempat ikan itu untuk bernaung apabila kami sedang kedinginan, jadi kami ganti-gantian. Begitu terus sampai sembilan hari sembilan malam tiba di perbatasan Filipina. Disitu dengan kedalaman air 2858 meter 71 mil arah Timur Sebatik Ambalat kami didapat oleh pemancing Filipina. Kami didapat sekitar pukul 11 siang, Minggu (14/08),” bebernya.
Kemudian diantar nelayan Filipina ke Sebatik. “Ia tak sanggup jadi saya bertukar pikiran karena kebetulan nelayan Filipina bisa bahasa Indonesia juga,” imbuhnya.
Untung saja waktu itu pas arah ke Selatan itu hantam sembilan mil di dapatlah Kapal Inggkamina 690. Kebetulan yang punya H Aming di Beringin I.
Setelah berada di Lapal Ingkamnia 690, keempatnya kemudian dijemput oleh petugas (Lantamal XIII, KSOP dan Polairut Tarakan). Salah satu dari empat korban yakni Irwan dilarikan ke Rumah Sakit Angkatan Laut untuk menjalani pengobatan di bagian betisnya akibat saat perahunya di tabrak Kapal Pelni Lambelu.
Ia menuturkan selama di laut mereka hanya makan ikan dan kepiting. Bahkan air yang diminum adalah air asin. “Jadi ikan saja yang kami makan, sama kepiting, itu kami dapat apabila ada kayu hanyut kemudian kami ambil disitulah terdapat kepiting. Kadang juga ada ikan, air laut saja kami minum,” tuturnya. (aras/MK*1)