Jakarta: Sekretaris Jenderal Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Arsul Sani membeberkan rekam jejak politik Habil Marati, kader PPP yang diduga jadi penyandang dana rencana pembunuhan empat pejabat negara. Arsul mengatakan Habil tercatat pernah menjadi bendahara Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PPP.
Jabatan bendahara DPP diduduki Habil saat partai berlambang Kakbah dipimpin Surya Dharma Ali (SDA). PPP lalu berselisih dan terjadi dualisme kepengurusan, satu dipimpin Romahurmuziy, kubu lainnya dipimpin Djan Faridz. Habil, kata Arsul, ada di kubu Djan dan didapuk sebagai wakil ketua umum (waketum) PPP.
“Sebetulnya kami ketika berselisih itu beberapa kali juga bertemu dengan beliau,” kata Arsul di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu, 12 Juni 2019.
Menurut Arsul, Habil sempat islah dengan pengurus di kubu Romahurmuziy dan maju sebagai calon anggota legislatif (caleg). Habil nyaleg di daerah pemilihan Sulawesi Tenggara.
“Karena semangat kita itu waktu itu menampung semua kader yang mau menjadi caleg ya kita akomodasi,” ungkap Arsul.
Secara kepartaian, pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014 PPP mendukung Prabowo Subianto-Hatta Radjasa. Tak ada yang istimewa bila Habil mendukung Prabowo kala itu.
Namun, pada Pilpres 2019 PPP secara resmi mendukung Joko Widodo-Ma’ruf Amin. Habil dan sebagian kader lain tidak mengikuti keputusan partai dan tetap mendukung Prabowo.
Arsul mengaku tak paham betul muasal duit yang diduga diberikan Habil untuk rencana mengeksekusi empat pejabat negara. Yang jelas, Arsul hanya tahu kalau Habil adalah seorang pengusaha.
“Pak Habil setahu saya adalah seorang wiraswastawan. Pengusaha saya kira dari mudanya beliau memang seorang pengusaha,” ungkapnya.
Habil Marati disebut sebagai donatur eksekutor empat pejabat negara yang menjadi target pembunuhan. Ia menyerahkan uang Rp60 juta kepada para calon eksekutor. Namanya disebut dalam investigasi majalah Tempo yang berjudul “Tim Mawar dan Rusuh Sarinah” yang terbit pada Senin, 10 Juni 2019.
Habil kini telah ditangkap polisi. Wakil Direktur Reserse Kriminal Umum (Direskrimum) Polda Metro Jaya AKBP Ade Ary mengatakan Habil Marati berperan sebagai pemberi uang kepada mantan Kepala Staf Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat Mayjen (Purn) Kivlan Zen sebesar SGD15 ribu atau setara Rp150 juta.
Merujuk laporan Tempo, Kivlan memberikan uang itu kepada anak buahnya, Iwan Kurniawan alias Helmi Kurniawan (HK), untuk membeli senjata laras panjang dan pendek. Senjata itu disebut untuk menembak mati Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam) Wiranto dan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan. (medcom.id)