Malinau, MK – Khasanah adat dan budaya nusantara yang beragam semakin tergali melalui pelaksanaan IRAU Ke-9 Kabupaten Malinau. Tak terkecuali adat dan budaya jawa yang di tampilkan Paguyuban Keluarga Warga Jawa (Pakuwaja) Kabupaten Malinau yang menampilan adat Pitonan atau tujuh bulanan. Pitonan merupakan upacara yang dilakukan oleh seorang wanita yang seorang hamil pertama agar mendapatkan kemudahan dalam persalinan dan mendapat anak yang soleh. Yang menarik dari upacara ini adalah wanita yang mengikuti upacara hamilnya betulan bukan peran pengganti.
Upacara Di awali dengan sungkeman kepada orang tua baik pihak laki-laki maupun perempuan. Usai sungkeman, acara dilanjutkan dengan siraman kepada calon Ibu. Siraman air pertama dilakukan oleh calon kakek dilanjutkan oleh calon neneknya.
Siraman keenam dilakukan oleh Ny. Ping Yansen dan siraman ke tujuh dilakukan oleh Bupati Malinau Dr. Yansen TP, M.Si sekaligus memecahkan gayung yang terbuat dari batok kelapa.
Bupati Malinau Dr. Yansen TP, M.Si dalam sambutannya mengungkapkan rasa syukur bisa langsung menyaksikan budaya yang ditampilkan suku Jawa pada siang hari itu. Dimana acara tersebut dilaksanakan dengan sungguh-sungguh yaitu acara 7 bulanan dan mendoakan si Ibu dan anaknya agar melahirkan dengan selamat. Sebelumnya acara sungguhan pernah dilaksanakan Suku Lundayeh pada acara nikahan di IRAU tahun 2008 lalu.
“Kita saksikan pernak-pernik hakekat budaya itu sangat luar biasa. Ya kita tidak mengerti bagaimana cerita para orang tua kita dulu menceritakan kronologis, filosifis melahirkan dengan selamat dengan pola seperti itu. Tapi itulah hakikatnya bangsa Indonesia memiliki kekayaan yang luar biasa” ungkapnya.
Bupati Malinau mengatakan bahwa acara seperti itu sudah biasa dilihat di pulau Jawa, tetapi ketika ditampilkan di Malinau itu menjadi luar biasa. Karena itu menjadi hal yang baru yang disaksikan oleh masyarakat Malinau. Dari hal mengajarkan kepada semua tentang keanekaragaman budaya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia.
Selanjutnya, Bupati Malinau meyakini dan percaya bahwa masyarakat Jawa memiliki keahlian, potensi dan keunggulan. Dr. Yansen meminta agar menjadikan semua itu kekuatan untuk membangun Kabupaten Malinau.
“Kalau di Jawa kita mengenal batik, Malinau kita mengenal batik. Orang Jawa bisa membatik, batiklah di Malinau. Batik dengan ukiran batik Malinau. Karena batik sudah ditetapkan sebagai salah satu warisan dunia. Kemudian saya mengharapkan kepada warga Jawa yang punya keahlian, kemampuan budaya bertani manfaatkanlah lahan-lahan yang ada disekitar kita. Mari kita hasilkan padi dari Malinau ini sehingga kita bisa menggunakan dan mengkonsumsi beras Malinau karena kita bisa hidup dari itu dan kita bisa menyebarkannya ke seluruh Indonesia. Untuk itu kepada masyarakat jawa yang ada di Malinau jangan sungkan, malu memberi yang terbaik dari apa yang dimiliki untuk Malinau” ungkapnya.
Kemudian, Bupati berharap agar masyarakat Jawa bisa tetap bersatu dalam kesatuan masyarakat Jawa. Tidak mudah untuk di pecah belah oleh oknum tertentu yang memiliki kepentingan pribadi dan tetaplah bersatu dalam ikatan emosi Jawa sebagai etnis bangsa Indonesia.
“Janganlah kita berpecah belah. Jauh-jauh kita merantau untuk bersaing sesama kita, marilah kita bersatu dalam semangat emosi sosial warga Jawa dimanapun berada terlebih di Malinau. Tidak ada lagi kelompok-kelompok yang memecahkan diri. Ini yang saya harapkan, sadarilah kita dalam satu kesatuan Malinau berbeda-beda tapi tetap satu. Kalau itu kita lakukan saya yakin dan percaya Malinau akan menjadi Kabupaten yang maju dan sejahtera untuk kita semua” ungkapnya. (Aan/Diskominfo)