TIM reaksi cepat Centre for Orangutan Protection (COP) Indonesia Kamis (12/05) mendatangi kantor BKSDA Kaltim melaporkan hasil visum terhadap orang utan yang ditemukan tewas di Sungai Sangata beberapa waktu lalu.
Koordinator Tim Reaksi COP Paulinus Kristianto mengatakan hasil visumnya petugas medis menemukan banyak luka di bagian tubuh orang utan tersebut. Bahkan saat ditemukan warga, orang utan itu diperkirakan sudah seminggu meninggal dunia. “Berdasarkan analisis tim kami sebelum ditemukan warga orang utan itu sudah meninggal antara 5-7 hari,” ujarnya kepada Metro Kaltara.
Sebelumnya 1 Mei lalu, warga menemukan seekor orang utan mengapung di Sungai Sangata tepatnya di Kecamatan Sangata Utara, Kabupaten Kutai Timur. Kemudian diketahui ternyata sungai tersebut merupakan kawasan habitat orang utan karena masuk dalam kawasan hutan Taman Nasonal Kutai (TNK).
Berdasarkan data Centre for Orangutan Protection (COP), bahwa selama bulan Mei ini, tercatat ada dua orang utan meninggal dunia akibat mendapatkan kekerasan. Selain itu warga menemukan lagi salah satu orang utan terkena jerat di Desa Kandolo Kecamatan Teluk Pandan, Kutai Timur. Meski sempat dirawat namun 6 Mei orang utan tersebut meninggal dunia akibat banyaknya luka.
“Setelah dilakukan pemeriksaan mendalam di bagian tubuh orangutan ternyata banyak butir peluru senapan angin, sedikitnya kami menemukan 4 butir peluru,” imbuhnya.
Sementara Kepala BKSDA Kaltim Sunandar mengungkapkan pihaknya telah menurunkan tim melakukan investigasi. Selain itu dirinya juga sudah melakukan koordinasi kepada petugas kepolisian setempat agar pelaku secepatnya ditangkap. (Gladis/MK*1)