Atraksi Adat, Suku Dayak Punan Tampilkan Upacara Niva Duru

by Muhammad Reza

Malinau, MK – Tak kalah dengan atraksi Suku Dayak lainnya pada gelaran IRAU ke-9 Tahun 2018, Suku Dayak Punan menampilkan Upacara Niva Duru pada Jum’at (19/10). Niva artinya memanggil/memohon/mengajak dan Duru yang artinya roh tertinggi dan mulia.

“Upacara ini artinya adalah memohon/memanggil. Kebiasaan tradisi Dayak Punan secara turun temurun, orang Punan apabila melakukan suatau kegiatan seperti membuat permukiman baru atau kampung baru atau pada acara pemilihan pemimpin baru, kami membuat acara meminta kepada Duru untuk hadir bersama kami untuk memberkati acara atau pekerjaan yang sudah kami lakukan dan juga untuk ungkapan syukur” ungkap Ketua Adat Dayak Punan Libun Ayu dalam sambutannya.

Libun juga mengungkapkan rasa bangganya bisa ikut serta memeriahkan acara IRAU ke-9 dan HUT Kabupaten Malinau ke-19 tahun ini. Ia menyadari bahwa ada kemajuan dan perkembangan yang pesat dari Kabupaten Malinau.

“Dahulu yang kami tahu Malinau ini hanya sebuah Kecamatan dan sekarang menjadi sebuah Kabupaten, dan kami merasa bangga atas kemajuan yang telah dicapai. Kami masyarakat Punan sangat mendukung pembangunan pemerintah daerah yang sudah dicanangkan. Dalam acara ini, kami masyarakat Punan ingin menampilkan suatu acara adat yang dikatakan Niva Duru. Suku Punan juga mengucapkan terimakasih kepada pemda yang telah membantu dalam hal dana untuk memeriahkan acara Suku Dayak Punan yang diselenggarakan hari ini” ungkapnya.

Selanjutnya, Bupati Malinau Dr Yansen TP, M.Si mengajak masyarakat untuk mensyukuri rahmat Tuhan atas apa yang sudah diberikan kepada Malinau yang dahulu masih dalam Kecamatan dan sekarang sudah berkembang menjadi sebuah Kabupaten.

“Mungkin bapak dan ibu atau adik-adik yang masih belum ada di jaman itu, sekarang 1000% sudah lebih maju dan berkembang dibandingkan kondisi dahulu. Jaman dahulu jalan dari Malinau Kota menuju Tanjung Lapang hanya jalan setapak dengan alang-alang yang lebat. Sekarang jalan bisa dilalui dengan menggunakan mobil, kendaraan bahkan seluruh rumah tangga sekarang mempunyai kendaraan masing-masing di rumah. Ini bukti kemajuan kita sekarang sangat luar biasa” ungkapnya.

Bupati Malinau bisa merasakan apa yang dirasakan warga Punan yang sangat mensyukuri atas perkembangan yang mereka rasakan sekarang karena keberadaan mereka yang berada di pedalaman.

“Suku Punan dalam hal ini sangat mensyukuri atas perkembangan ini, dimana mereka yang sangat merasakan tantangan alam karena keberadaaan mereka yang ada di pedalaman. Dan sekarang mereka sudah bisa melakukan apa yang dilakukan orang lain. Mereka sudah berjuang dan bertarung menghadapi tantangan yang dihadapi” ungkapnya.

Kemudian, Bupati Malinau juga sangat mengapresiasi atas penampilan atraksi budaya yang telah ditampilkan warga Punan pada hari ini. Sehingga Dr. Yansen pun berpesan kepada seluruh ketua adat, paguyuban untuk tidak melihat Suku Punan hari ini tetapi lihatlah 10 tahun ke depan.

“Mereka akan menjadi pesaing yang hebat dalam artian membangun. Lihat, yang tampil dalam atraksi tadi 90% anak muda walaupun tadi ada beberapa orang tua tapi lebih banyak anak muda. Mereka kelak akan menjadi generasi untuk kekuatan Punan ke depan. Ini saya mengapresiasi kepada Lembaga Adat Punan, ini menjadi peluang yang bagus untuk mengembangkan potensi generasi muda Suku Dayak Punan” ujarnya.

Selain itu, Bupati Malinau juga merasa bangga kepada Dayak Punan yang memiliki seni ukir atau anyaman yang memiliki kualitas yang berbeda dari yang lain. Hal ini bisa dilihat dari tas-tas yang telah digunakan oleh para istri pejabat daerah.

“Mereka memiliki seni ukir yang bagus, ini berdasarkan pengamatan saya, meski memiliki ukiran yang sama dengan yang lain tetapi kualitasnya berbeda, lebih halus tas dari Suku Punan. Lihatlah, Ibu-ibu ini terlihat cantik karena ada karya Punan disitu, untuk itu bersahabatlah dan bersedekahlah dengan Dayan Punan dengan sungguh-sungguh” ungkap Bupati Malinau.

Sebelum mengakhir sambutannya, Bupati Malinau memberikan sedikit masukan kepada para tokoh Adat Punan untuk mengkreasikan musik tari tradisionalnya dengan menambahkan musik suara alam, burung, pukulan air atau aliran air tanpa menghilangkan nuansa musik aslinya.

“Musik itu mencerminkan alam, alamiah. Tarian krimut sunyi senyap. Lagunya sedikit, tapi tarinya banyak. Kreasi itu memperkaya, dibenarkan saja sebuah seni itu berkembang sesuai jamannya. Ini namanya akulturasi budaya. Semoga dengan ini dapat memperindah tampilan atraksi seni budaya yang kita miliki” ungkapnya. (Aan/Diskominfo)

Related Articles

Bagaimana Tanggapan Anda?....

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.