TANJUNG SELOR, MK – Ratusan warga negara asing (WNA) yang bekerja di salah satu perusahaan di Desa Apung, Kecamatan Tanjung Selor, Kabupaten Bulungan diduga memiliki Kartu Tanda Penduduk Elektronik (KTP-el). Itu diketahui setelah salah seorang warga di Desa tersebut melaporkan ke Bawaslu Kaltara.
Pria yang enggan disebutkan namanya ini mengaku bahwa berdasarkan imformasi dari temannya, WNA yang bekerja di perusahaan tersebut memiliki KTP-el berkewarganegaraan Indonesia. Menurutnyam KTP-el milik WNA tersebut diduga dikeluarkan oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bulungan.
“Dari teman saya bilang itu jumlahnya 255 keluaran Capil Bulungan. Informasi orang dalam mengatakan WNA memiliki KTP WNI. Dan sudah melihat WNA ini miliki KTP WNI. Masuk ke lokasi sulit harus bersurat dulu. Kalau sudah bersurat WNA lari ke hutan untuk sembunyi,” ujarnya kepada Metro Kaltara, Senin (11/3)
Saat ditanya terkait nama yang tertera di KTP-el, ia tidak bisa menjelaskan secara detail. Selain itu, ia juga belum mengetahui secara pasti aktivitas atau kegiatan para WNA tersebut.
“Infonya itu, kalau WNA ini miliki KTP WNI, harusnya kan WNA. Kalau kerjaannya apa dan waktunya masuk ke perusahaan kurang tau juga. Makanya ini saya mau tanyakan ke Bawaslu,” ungkpanya.
Menerima imformasi tersebut, Ketua Bawaslu Kaltara, Siti Nuhriyati mengatakan terkait adanya dugaan WNA memiliki KTP-el WNI menjadi informasi awal pihaknya. Sebab, informasi tersebut baru kali ini ia terima. Untuk itu, pihaknya melalui Panwaslu Kecamtan akan mensuvervisi untuk memastikan kebenaran imformasi itu.
“Bawaslu Kaltara, akan koordinasi dengan KPU Kaltara, Disdukcapil untuk mengungkapkan kebenarannya. Mudah-mudahan Disdukcapil Bulungan kooperatif. Tidak seperti selama ini seperti main kucing-kucingan,” tegasnya.
Menurutnya, dugaan adanya 255 orang WNA yang memiliki KTP-el berstatus WNI bukan hal yang tidak mungkin. Pasalnya di Desa tersebut terdapat perusahaan yang beroperasi dengan tenaga kerja sebagian berasal dari luar Indonesia.
“Sangat mungkin jika jumlahnya 255 dengan adanya perusahaan. Dan beberapa kali dari Tarakan mau berangkat atau pulang, saya pasti ada satu speedboat dengan orang Korea secara fisik. Dua, tiga hingga lima orang. Ini yang menjadi pertanyaan. Dan segera kami telusuri,” terangnya. (as)